Cerpen : HEMBUSAN KETAKUTAN
Pada suatu sore aku pulang dari tempat kerjaku, atau sekitar pukul 18:00 Wib. Hal ini terjadi karena terkendala diwaktu siang hari, dilanda hujan yang begitu deras dan becek yang menyelimuti jalan.
Hari pun mulai gelap-gulita dengan hembusan angin yang menerpa sekujur tubuhku, kemudian rasa ketakutan memenuhi pikiran dan jiwaku yang berusaha mengurungkan niatku, dengan mengelus kepala dan menghembuskan nafas yang dalam, aku terpaksa mulai menghidupkan motorku demi pulang ke rumah, tak disangka gerimis pun mulai turun disertai petir yang menyambar seolah-olah melarangku untuk pulang, tanpa pikir panjang lagi, pelan-pelan aku mengendarai motorku.
Tak lama Kemudian aku melihat kearah jarum full meter yang hampir menunjukkan kearah empty (kosong), aku pun mulai takut akan hal itu karena dalam benak pikiranku “jangan sampai aku mendorong motorku sampai ke rumah”. Sekian lama mengendarai motor, aku pun hanya dilintasi beberapa motor saja dengan arah berlawanan, aku berharap bertemu dengan orang yang searah denganku yang sekiranya dapat membantu jika bensinku habis.
Sekitar kurang lebih setengah jam kemudian aku mengendarai motor, akhirnya ada orang yang jualan bensin, lalu aku pun singgah dan membelinya. Waktu aku hendak membayar dan membuka dompetku ternyata uangku tersisa hanya cukup untuk membeli satu liter bensin saja, disaat itu aku membeli dua liter bensin, akupun panik. kemudian aku memberanikan diri untuk berbicara kepada pemilik toko yang kebetulan memang tidak aku kenal. Aku pun memohon agar pemilik toko tersebut agar membiarkan ngutang dengan syarat kutinggalkan KTP, dan membayar hutang tersebut di hari berikutnya, tanpa basa basi pemilik toko tersebut pun langsung menyetujuinya.
Setelah itu, aku pun melanjutkan perjalananku yaitu di jalan aspal, dengan sangat hati-hati, aku mengendarai motorku karena mengingat sudah malam di sertai kendaraan yang lalu lalang menyebabkan mataku sedikit meram. Tidak lama kemudian hujan mulai turun yang turut menggangu arah pandanganku, tidak lama kemudian setelah melihat ke kiri dan kanan akupun melihat ada sebuah gubuk kosong yang tidak ada penghuninya,lalu aku menghidupkan lampu senku dan singgah di tempat tersebut.
Tak terasa malam pun semakin larut, kurang lebih pukul 22:00 Wib, hujan pun semakin lama semakin deras dan seakan tidak ada habisnya yang membuat tubuhku terasa dingin dan gemetaran disertai dengan mata yang ngantuk dan badan yang kelelahan.
Sambil menghela nafas yang dalam karena bosan aku berusaha menenangkan diri untuk tidak berpikir yang macam-macam. Tidak lama kemudian aku pun mendengar suara pintu dan jendela berdering karena tiupan angin kencang, akupun berusaha menutupnya dengan baik sehingga tidak berbunyi apa-apa lagi. Tidak lama kemudian tidak sengaja terdengar olehku ada sesuatu yang berbunyi lagi tapi samar-samar, kadang terdengar keras , kadang hilang setelah diperiksa ternyata tidak apa-apa. Dalam hati aku berpikir “ ah sudahlah, itu hanya perasaanku saja”.
Kemudian sekitar satu jam lamanya aku berada di gubuk tersebut, hujan pun berhenti, dan aku pun hendak melanjutkan perjalanan kembali, sekitar 5 km dari gubuk tersebut, aku sampai di arah persimpangan rumahku dan belok kiri, setelah itu aku pun mengendarai motor dengan sangat pelan disebabkan jalan menuju rumahku berbatuan, karena yang aku takutkan adalah pecahnya ban motor, mengingat mulai dekat dengan rumahku, walaupun harus melewati beberapa perkampungan lagi, hatiku mulai terasa tenang dan rasa ketakutan pun hilang.
Aku mengendarai motor perkampungan demi perkampungan kemudian melewati jalan yang sepi kembali, aku menghela nafas yang dalam berusaha berpikir jernih, sekitar 10 km lagi dalam pikiranku untuk sampai kerumah.
Kemudian udara berhembus dengan udara yang tidak biasa, pikiranku mulai kacau membawa motor pun sempoyongan, aku merasa ada sesuatu yang anaeh sehingga aku pun melewati jembatan dan berbunyi “tok tok” akibat ban motorku, itu mebuat aku hampir pingsan.
Setelah itu sekitar pukul 00:00 wib tiba-tiba aku melihat ada tiga sosok yang tidak aku kenali yaitu dua laki-laki dan satu perempuan duduk di jalan raya dengan tiga tas besar berada di dekat mereka. Aku pun terhentak terkejut dengan mata terbelalak melihat mereka tersebut dalam hati bertanya “ apakah gerangan yang mereka lakukan jam segini ?”, akupun berusaha melewati mereka dengan pelan dan santai, tiba-tiba salah satu dari mereka menghentikanku, aku pun berhenti dan bertanya kepada mereka : maaf ada apa ya ?, tanyaku, Kemudian salah satu dari orang tersebut menjawab : “tolong ! tolong !” (dengan nada halus) , “kenapa ? tanyaku”. Dalam pikiranku, aku pun semakin takut, dan berharap mereka bukanlah orang yang jahat, kemudian mereka pun menjawab pertanyaanku “bisakah aku membeli motormu ?” dengan cepat aku pun menjawab : “motorku tidak dijual”, dalam hati kecilku berkata : “apakah maksud dari mereka ini ?”.
Tiba-tiba, mereka bertiga menyerahkan tiga tas besar yang berada di samping mereka kepadaku, salah satu dari mereka berkata : “ambilah !”, aku pun bertanya: “apa ini ?”, kemudian mereka menjawab dengan seksama : “bukalah !”, kemudian aku pun membuka tas tersebut, betapa terkejutnya aku melihat tiga tas tersebut berisi uang semua, aku pun bertanya : “banyak sekali uang ini ?” , tanpa bertanya mereka pun mengambil kunci motorku lalu akupun membiarkannya mengambil dari tanganku, kemudian mereka pun pergi dan aku pun pulang dengan berjalan kaki, dalam benak pikiran “mengapa ini harus terjadi kepadaku ?”, sedih dan bahagia bercampur aduk, sedih karena harus menjual motorku, senang karena uang melebihi dari pertama kali aku membeli baru. Dalam benak pikiranku banyak hal akan kulakukan dengan uang yang akan aku bawa, walaupun jalan harus tergopoh-gopoh membawa tiga tas yang berisi uang semua.
Sekitar dua jam perjalanan, akhirnya sampai di depan rumahku. Dengan sangat pelan aku mengetuk pintu rumahku agar tetangga tidak bangun menginggat sudah pukul 02.31 Wib. Beberapa menit kemudian istriku pun membukakan pintu, lalu istriku pun bertanya : “dimana motormu ?”, kemudian aku menjawab : “ceritanya panjang, besok aku ceritakan, aku sangat lelah”, istriku pun menganggukkan kepala, kemudian aku pun masuk ke rumah, lalu membersihkan diri dan istirahat.
TAMAT
0 Response to "Cerpen : HEMBUSAN KETAKUTAN"
Post a Comment